Bukan gurun terluas di Bumi
Gurun Sahara sering dianggap sebagai gurun terluas dan terpanas di dunia. Namun, jika kriteria diukur berdasarkan curah hujan tahunan rata-rata kurang dari 250 milimeter, maka Gurun Antartika memenuhi syarat sebagai gurun terbesar di dunia. Hal ini karena Gurun Antartika memiliki luas sekitar 14,2 juta kilometer persegi, sedangkan Gurun Sahara hanya memiliki luas sekitar 8,6 juta kilometer persegi.
Gurun Antartika adalah benua yang ditutupi oleh lapisan es yang luas, dan sebagian besar wilayahnya jarang sekali menerima curah hujan. Beberapa daerah di Antartika, seperti McMurdo Dry Valleys, diyakini tidak menerima curah hujan sama sekali dalam rentang waktu 14 juta tahun. Kondisi ini menjadikan Gurun Antartika sebagai gurun terluas di dunia, meskipun karakteristiknya sangat berbeda dengan gurun panas yang kering. Meskipun kondisinya berbeda dengan gurun panas yang kering, Gurun Antartika dengan kekeringan dan suhu ekstremnya membuktikan bahwa karakteristik gurun dapat ditemui di berbagai bentuk dan lingkungan di seluruh dunia. Gurun Antartika adalah contoh nyata bahwa gurun tidak selalu identik dengan gurun pasir yang kering dan panas.
Gurun Sahara adalah salah satu gurun paling ikonik di dunia. Dengan luasnya yang sangat besar dan karakteristiknya yang unik, gurun ini telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah manusia. Meskipun sering dianggap sebagai gurun terluas di dunia, Gurun Sahara ternyata bukanlah yang terbesar. Namun, hal ini tidak mengurangi keistimewaan gurun ini, dan justru menjadikannya semakin menarik untuk dipelajari.
Baca Juga: 5 Hewan Unik yang Hidup di Gurun Sahara, Ada Hewan Berbahaya!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Sahara adalah gurun panas terbesar di dunia, dengan luas 3,6 juta mil persegi (9,3 juta km persegi) atau setara dengan luas Amerika Serikat, termasuk Alaska dan Hawaii. Di mana letaknya?
Letak gurun Sahara adalah di benua Afrika dan berbatasan langsung dengan Samudra Atlantik di sebelah barat, Laut Merah di sebelah timur, Laut Mediterania di sebelah utara, dan Sahel di sebelah selatan.
Menurut Encyclopedia Britannica, nama Sahara berasal dari kata bahasa Arab "ṣaḥrā," yang berarti gurun. Selain dikenal dengan topografinya yang unik, seperti bukit pasir, pegunungan, dan dataran garam, Sahara juga menjadi rumah bagi berbagai flora dan fauna yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa Sahara mengalami perluasan wilayah yang signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan iklim dan aktivitas manusia. Bagaimana kondisi alam, fauna, flora, dan iklim Sahara berkontribusi terhadap fenomena ini?
Benarkah Gurun Sahara Semakin Luas?
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Journal of Climate pada tahun 2018, luas Gurun Sahara telah mengalami perluasan hampir 10% sejak tahun 1920.
Penelitian Scientific Reports pada tahun 2020 juga mengonfirmasi bahwa perluasan ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2050 pada tingkat yang sama. Perluasan ini disebabkan oleh perubahan iklim akibat aktivitas manusia serta siklus iklim alami, dengan sepertiga dari perluasan tersebut disebabkan oleh faktor manusia.
Sementara untuk kondisi iklim yang umum di Sahara dapat dikatakan cukup stabil dari waktu-waktu. Angin dari arah timur laut membantu menghilangkan kelembapan dari udara di atas gurun dan mendorong angin panas ke arah khatulistiwa. Tak jarang, angin di Sahara mencapai kecepatan yang dahsyat hingga menyebabkan badai.
Suhu rata-rata di Sahara berkisar antara 60 hingga 77 derajat Fahrenheit (20 hingga 25 derajat Celsius). Pada siang hari musim panas, suhu dapat mencapai 120°F (49°C) dan turun hingga 0°F (−18°C) pada malam hari di musim dingin.
Gurun Sahara dikenal sebagai wilayah paling sepi dunia karena cuaca dan kondisi yang sangat ekstrem. Sahara merupakan gurun panas terbesar di dunia. Namun, apakah ada kehidupan di Gurun Sahara?
Sejarah mencatat, ada orang-orang yang telah hidup di Sahara pada masa yang sangat lama dahulu. Masa itu tidak seperti sekarang yang terlalu gersang untuk dihuni manusia.
Dikutip dari Britannica, terdapat temuan arkeologis yang menunjukkan bahwa pernah ada danau Sahara kuno. Tepiannya menjadi tempat manusia hidup, berburu, dan mencari ikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan setelah danau-danau ini tidak ada lagi, manusia bertahan selama berabad-abad di gurun menggunakan metode alternatif, seperti penggembala nomaden menggiring kambing, domba, atau unta ke tempat penggembalaan apa pun yang dapat ditemukan.
Selain itu, bagi petani yang menetap, terkurung di oasis, akan memanfaatkan sumber daya air mereka yang terbatas untuk bercocok tanam seperti pohon kurma dan jelai. Sementara spesialis (misalnya, pandai besi) berdagang barang dengan tetangga petani dan penggembala mereka.
Melansir Live Science, Sahara merupakan salah satu lingkungan paling keras di Bumi, meliputi 3,6 juta mil persegi (9,4 juta kilometer persegi) atau seukuran Amerika Serikat (termasuk Alaska dan Hawaii) dan mencakup hampir sepertiga benua Afrika.
Nama gurun berasal dari kata Arab ṣaḥrāʾyang berarti "gurun". Sahara berbatasan dengan Samudra Atlantik di barat, Laut Merah di timur, Laut Mediterania di utara, dan sabana Sahel di selatan.
Saking luasnya, gurun yang sangat luas itu mencakup 10 negara (Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Sudan, dan Tunisia) serta wilayah Sahara Barat.
Gurun Sahara memiliki berbagai fitur daratan, tetapi yang paling terkenal adalah padang pasir yang sering digambarkan dalam film. Bukit pasir ini dapat mencapai ketinggian hampir 600 kaki (183 meter), dan menutupi sekitar 25% dari seluruh gurun.
Fitur topografi lainnya termasuk pegunungan, dataran tinggi, dataran berpasir dan berkerikil, dataran garam, cekungan dan depresi.
Meskipun air langka di seluruh wilayah, Sahara memiliki dua sungai permanen (Nil dan Niger), serta setidaknya 20 danau musiman dan akuifer besar, yang merupakan sumber utama air untuk lebih dari 90 oasis utama di dunia.
Lebih dari sekedar gurun
Sahara tidak hanya dikenal sebagai gurun pasir, sebagian besar wilayah ini terdiri dari dataran tinggi tandus dan berbatu, dengan elemen tambahan seperti dataran garam, bukit pasir, pegunungan, dan lembah-lembah kering. Sungai dan aliran air di Sahara cenderung bersifat musiman, kecuali untuk Sungai Nil yang tetap mengalir sepanjang tahun. Gurun ini menyimpan lebih dari 20 danau, mayoritas di antaranya adalah danau air asin. Hanya Danau Chad yang menonjol sebagai satu-satunya danau air tawar di Sahara, menambahkan keragaman ekosistem di tengah gurun yang keras ini.
Emi Koussi, dengan ketinggian mencapai 3.415 meter, adalah puncak tertinggi di Sahara dan merupakan gunung berapi yang terletak di Pegunungan Tibesti, Chad. Pegunungan lainnya yang memperkaya lanskap gurun ini termasuk Pegunungan Aïr, Sahara Atlas, Adrar des Iforas, Pegunungan Hoggar, Pegunungan Tibesti, dan perbukitan Laut Merah. Keberagaman topografi ini memberikan Sahara kekayaan visual dan geologis yang menakjubkan, membuktikan bahwa gurun ini lebih dari sekadar lautan pasir yang terbentang luas.
Memiliki suhu yang ekstrem
Sahara adalah gurun terpanas di dunia, yang dikenal dengan salah satu iklim paling keras di planet ini. Suhu rata-rata tahunannya mencapai 30°C pada siang hari, dan suhu tertinggi yang pernah tercatat mencapai luar biasa 58°C pada tahun 1922. Wilayah ini hanya menerima sedikit curah hujan, bahkan separuh dari Gurun Sahara di Afrika Utara mengalami kurang dari 1 inci hujan setiap tahunnya
Meskipun citra umum tentang Sahara adalah iklim yang selalu panas, kenyataannya suhu dapat turun drastis pada malam hari karena kekurangan kelembapan, mencapai titik terendah sekitar -6°C. Keadaan ini menciptakan kontras yang mencolok antara siang dan malam di gurun tersebut. Walaupun salju turun secara teratur di beberapa pegunungan di Sahara, fenomena ini tidak terjadi di wilayah lainnya dalam gurun yang luas ini. Suhu ekstrem dan kondisi kering menjadikan Sahara sebagai lingkungan yang menantang bagi kehidupan dan memberikan ciri khasnya sebagai gurun yang paling panas dan keras di dunia.
Melintasi 10 Negara
Foto: Peta Gurun Sahara (internetgeography.net)
Gurun Sahara mencakup 9,2 juta km².
Dengan luas total 8% dari luas daratan bumi, Sahara melintasi 10 negara.
Negara-negara tersebut adalah Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Nigeria, Sudan, dan Tunisia.
Reptil dan Arthropoda
Selain itu, banyak juga reptil yang tumbuh subur di lingkungan gurun, termasuk beberapa spesies ular, kadal bahkan buaya di tempat yang cukup air. Beberapa spesies arthropoda juga ada, seperti kumbang kotoran, kumbang scarab, kalajengking "pembunuh maut", dan banyak jenis semut.
Sedangkan bagian gurun yang paling gersang sama sekali tidak memiliki kehidupan tanaman. Namun di daerah oasis, seperti Lembah Nil, mendukung berbagai macam tanaman, termasuk pohon zaitun, pohon kurma, dan berbagai semak dan rerumputan.
Schoolmedia News, Aljazair – Jika mendengar nama Gurun Shara pasti yang ada dibenak kita adalah padang pasir yang kering dan panas. Gurun Sahara adalah padang pasir kering terbesar dunia. Gurun ini juga menjadi salah satu destinasi menarik dunia. Nama Sahara berasal dari bahasa Arab, Sahara. Artinya sendiri adalah padang pasir. Sahara membentang di utara Afrika dengan segala keunikannya.
Namun pernahkah kamu melihat Gurun Sahara bersalju? Gurun Sahara diselimuti salju dengan suhu di bawah titik beku pada 13 Januari 2021. Dikutip dari New York Post, Jumat (29/1/2020) 18 Januari 2021, salju juga turun di dekat kota gurun Ain Sefra di Aljazair pada minggu ini. Seorang fotografer, Karim Bouchetata, mengambil foto luar biasa dari es yang menutupi pasir di kota kecil Gurun Sahara.
Peristiwa langka itu terjadi keempat kalinya dalam 42 tahun terakhir di Gurun Sahara yang meliputi area seluas 3.600.000 mil persegi, hampir seluas Amerika Serikat. Insiden hujan salju pertama di kota gurun Sahara Ain Sefra tercatat pada tahun 1979, diikuti pada Desember 2016 dan Januari 2018 ketika gurun tersebut dilaporkan tertutup salju setinggi 16 inci.
Baca juga: Kisah William Lei Ding Dirikan NetEase dengan 3 Karyawan
Foto yang diambil oleh fotografer Aljazair, Karim Bouchetata di atas, menunjukkan pola unik di bukit pasir yang dipenuhi salju. Foto inilah yang kemudian menjadi viral. Ia menggambarkannya sebagai "lukisan embun beku" yang indah di bukit pasir, yang dapat disaksikan di kota Ain Sefra, Provinsi Naâm. Ia pula yang mendokumentasikan hujan salju pada 7 Januari 2018 yang saat itu menjadi viral.
Kota Ain Sefra juga dikenal sebagai "Gerbang Menuju Gurun", karena berada sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh Pegunungan Atlas. Dilansir dari Indian Express , penduduk setempat dikejutkan karena suhu minggu lalu turun menjadi -3 celcius. Sementara itu, di Arab Saudi, Al Arabiya melaporkan bahwa penduduk setempat juga dikejutkan dengan hujan salju di wilayah Asir di barat daya Arab Saudi, tepatnya di Gubernuran Balsamer, setelah 50 tahun fenomena tersebut pernah terjadi.
Menurut situs resmi kantor berita Saudi Press SPA, bagian utara wilayah Tabuk di Kerajaan Arab Saudi, juga menyaksikan "gelombang kutub" pada minggu lalu. Hal tersebut juga menimbulkan hujan salju lebat. Orang-orang di media sosial mulai membagikan foto mereka sedang membangun manusia salju dan duduk di dekat api di gurun yang tertutup salju, di atas dataran yang sangat dingin.
SAHARA adalah gurun panas yang membentang sepanjang Afrika Utara. Panjangnya sekitar 3.000 mil dan membentang dari Laut Merah di timur hingga Samudra Atlantik di barat. Sahara berbatasan di utara dengan Laut Mediterania dan Sahel di selatan.
Ada apa saja di gurun yang panas itu? Dilansir dari Britannica, vegetasi Sahara umumnya jarang. Konsentrasi rerumputan, semak, dan pepohonan tersebar di dataran tinggi, cekungan oasis, dan sepanjang wadi.
Berbagai halofit atau tanaman toleran garam ditemukan di cekungan garam. Beberapa rerumputan, herba, semak kecil, dan pepohonan yang tahan terhadap panas dan kekeringan ditemukan di dataran tinggi Sahara yang kurang mendapat air. Vegetasi Sahara sangat penting karena banyak adaptasi yang tidak biasa terhadap curah hujan yang tidak dapat diandalkan.
Baca juga : Badai Hujan Hijaukan Gurun Sahara
Hal itu terlihat secara beragam dalam morfologi, termasuk struktur akar, berbagai adaptasi fisiologis, preferensi lokasi, hubungan ketergantungan dan afinitas, serta strategi reproduksi.
Ternyata ada juga tumbuhan berkayu peninggalan dataran tinggi Sahara yang menonjol. Sebut saja, spesies pohon zaitun, cemara, dan damar wangi. Tanaman berkayu lain yang ditemukan di dataran tinggi dan tempat lain di gurun termasuk spesies Akasia dan Artemisia, palem doum, oleander, kurma, dan thyme.
Rumput yang tersebar luas di Sahara antara lain spesies Aristida, Eragrostis, dan Panicum. Aeluropus littoralis dan rumput toleran garam lain ditemukan di sepanjang pantai Atlantik. Berbagai kombinasi ephemeral membentuk padang rumput musiman penting yang disebut acheb.
Baca juga : Urutan Takson Tumbuhan dan Hewan dari Kelompok Terbesar ke Terkecil
Pada abad ke-21, pengakuan bahwa Sahara dan wilayah perbatasannya di selatan, Sahel, semakin mengarah ke selatan karena penggurunan memunculkan upaya untuk menghentikan pergerakan tersebut. Adapun yang paling menonjol ialah Tembok Hijau Besar untuk Inisiatif Sahara dan Sahel.
Gagasan yang mendasari lahirnya inisiatif ini pertama kali dicetuskan pada 2005 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan bantuan dari Uni Afrika dan organisasi internasional lain. Hal ini mencakup rencana untuk menanam pohon-pohon asli yang tahan kekeringan di wilayah seluas 9 mil dari tepi barat hingga tepi timur benua tersebut, sehingga menciptakan penghalang untuk menjaga gurun agar tidak merambah lebih lanjut ke selatan lahan tersebut.
Fauna tropis peninggalan Sahara utara termasuk ikan lele tropis dan kromida yang ditemukan di Biskra, Aljazair, dan oasis terpencil di Sahara; kobra dan buaya kerdil mungkin masih ada di daerah aliran sungai terpencil di Pegunungan Tibesti.
Baca juga : Republik Islam Iran Sejarah Singkat, Agama, Daratan, dan Iklim
Sementara yang lebih tidak kentara yaitu hilangnya spesies yang beradaptasi dengan baik dan lebih mudah bergerak akibat senjata api canggih dan perusakan habitat yang dilakukan manusia. Gajah Afrika Utara punah pada zaman Romawi. Singa, burung unta, dan spesies lain ditemukan di pinggiran utara gurun tersebut pada akhir 1830.
Addax terakhir di Sahara utara dibunuh pada awal 1920-an. Penyusutan serius antelop ini juga terjadi di pinggiran selatan dan di pegunungan tengah.
Di antara spesies mamalia yang masih ditemukan di Sahara ialah gerbil, jerboa, cape hare, dan landak gurun, domba barbar dan kijang bertanduk pedang, dorcas gazelle, rusa dama, dan keledai liar Nubia, babon anubis, hyena tutul, serigala biasa dan rubah pasir, serta musang belang libia dan luwak ramping.
Baca juga : Sejarah Penguin Puluhan Juta Tahun Lalu yang Dapat Terbang
Kehidupan burung di Sahara melebihi 300 spesies. Zona pesisir dan perairan pedalaman menarik banyak spesies burung air dan pantai. Di antara spesies yang ditemui di daerah pedalaman ialah burung unta, berbagai raptor burung sekretaris, ayam guinea dan bustard Nubia, burung hantu elang gurun dan burung hantu gudang, burung pasir, dan martin karang pucat dan burung gagak berleher cokelat dan berekor kipas.
Katak, kodok, dan buaya hidup di danau dan kolam Sahara. Kadal, bunglon, kadal, dan ular kobra ditemukan di antara bebatuan dan bukit pasir. Danau dan kolam di Sahara juga mengandung ganggang dan udang air asin serta krustasea lain.
Berbagai siput yang menghuni gurun merupakan sumber makanan penting bagi burung dan hewan. Siput gurun bertahan hidup melalui aestivasi atau dormansi, sering kali tidak aktif selama beberapa tahun sebelum dihidupkan kembali oleh curah hujan.
Baca juga: Ada Berapa Benua di Dunia Ini Penjelasannya
Meskipun seluas Amerika Serikat, Sahara diperkirakan hanya dihuni sekitar 2,5 juta jiwa. Kawasan yang luas sepenuhnya kosong, tetapi terdapat sedikit vegetasi yang dapat mendukung hewan penggembalaan atau sumber air yang dapat diandalkan, kelompok penduduk yang tersebar dapat bertahan hidup dalam keseimbangan ekologi yang rapuh dengan salah satu lingkungan paling keras di bumi.
Jauh sebelum sejarah tercatat, Sahara jelas lebih banyak dihuni. Artefak batu, fosil dan seni cadas, tersebar luas di wilayah yang kini terlalu kering untuk dihuni, mengungkap keberadaan manusia di masa lalu, serta hewan buruan, termasuk antelop, kerbau, jerapah, gajah, badak, dan babi hutan.
Tombak tulang, kumpulan cangkang, dan sisa-sisa ikan, buaya, dan kuda nil dikaitkan dengan permukiman prasejarah di sepanjang tepi danau Sahara kuno. Di antara beberapa kelompok, perburuan dan penangkapan ikan tunduk pada penggembalaan nomaden, setelah hewan peliharaan muncul di Sahara hampir 7.000 tahun yang lalu.
Baca juga: Pengertian Benua dan Awal Mula serta Perbedaan Jumlahnya
Kelompok penggembala ternak di wilayah Tenere di Niger diyakini berasal dari leluhur Berber atau leluhur Zaghawa. Domba dan kambing tampaknya diperkenalkan oleh kelompok yang terkait dengan budaya Capsian di Afrika timur laut.
Bukti langsung mengenai pertanian pertama kali muncul sekitar 6.000 tahun yang lalu dengan budi daya jelai dan gandum emmer di Mesir. Ini tampaknya diperkenalkan dari Asia.
Bukti domestikasi tanaman asli Afrika pertama kali ditemukan pada tembikar sekitar 1000 SM yang ditemukan di Mauritania. Para penggarap telah dikaitkan dengan Gangara, nenek moyang Soninke modern.
Baca juga: 10 Negara Pertama Akui Kemerdekaan Indonesia
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa Sahara semakin banyak dihuni oleh beragam populasi dan domestikasi tumbuhan dan hewan mengarah pada spesialisasi pekerjaan. Meskipun kelompok-kelompok tersebut hidup terpisah, kedekatan permukiman menunjukkan ada peningkatan saling ketergantungan ekonomi.
Perdagangan luar negeri juga berkembang. Tembaga dari Mauritania telah sampai ke peradaban Zaman Perunggu di Mediterania pada milenium ke-2 SM. Perdagangan semakin intensif dengan munculnya peradaban Zaman Besi di Sahara pada abad ke-1 SM, termasuk peradaban yang berpusat di Nubia.
Mobilitas pengembara yang lebih besar memfasilitasi keterlibatan mereka dalam perdagangan trans-Sahara. Meningkatnya kekeringan di Sahara terlihat pada peralihan dari sapi dan kuda ke unta.
Baca juga: Perayaan Maulid Nabi di Mekah Zaman Dulu
Meskipun unta sudah digunakan di Mesir pada abad ke-6 SM, keunggulan mereka di Sahara baru muncul pada abad ke-3 Masehi. Penghuni oasis di Sahara semakin menjadi sasaran serangan Sanhaja dan pengembara menunggang unta lain. Banyak dari mereka memasuki gurun untuk menghindari anarki dan peperangan pada akhir periode Romawi di Afrika Utara.
Banyak penghuni oasis yang tersisa, di antaranya Haratin, ditaklukkan oleh para pengembara.
Ekspansi Islam ke Afrika Utara antara abad ke-7 dan ke-11 mendorong tambahan kelompok Berber serta kelompok Arab yang ingin mempertahankan kepercayaan tradisional untuk pindah ke Sahara. Islam akhirnya berkembang melalui jalur perdagangan menjadi kekuatan sosial yang dominan di gurun pasir.
Meskipun terdapat keragaman budaya yang besar, masyarakat Sahara cenderung dikategorikan sebagai penggembala, petani menetap, atau spesialis seperti pandai besi, penggembala, dan petani. Pastoralisme, yang sampai taraf tertentu selalu nomaden, terjadi di tempat yang padang rumputnya terbatas, seperti di daerah marginal, di perbatasan pegunungan, dan di wilayah barat yang sedikit lembap.
Baca juga: Tiga Ulama Indonesia yang Menjadi Imam Masjidil Haram
Sapi muncul di sepanjang perbatasan selatan dengan Sahel. Namun domba, kambing, dan unta ialah makanan andalan di gurun pasir. Kelompok pastoral utama termasuk Regeibat di barat laut Sahara dan Chaamba di Sahara Aljazair utara. Secara struktur hierarki, kelompok pastoral yang lebih besar dulu mendominasi gurun.
Peperangan dan penggerebekan merupakan hal yang mewabah dan pada periode kekeringan terjadi migrasi besar-besaran untuk mencari padang rumput yang mengakibatkan hilangnya banyak hewan. Suku Tuareg terkenal karena sifat suka berperang dan kemandirian mereka. Meskipun beragama Islam, mereka tetap menganut organisasi matriarkal dan perempuan Tuareg memiliki tingkat kebebasan yang luar biasa.
Kelompok Moor di sebelah barat dulu memiliki konfederasi suku yang kuat. Suku Teda, dari Tibesti dan daerah perbatasan selatannya, sebagian besar ialah penggembala unta yang terkenal karena kemandirian dan ketahanan fisik mereka.
Baca juga: 13 Tokoh Penjelajah Samudra pada Abad Pertengahan
Di gurun pasir, pekerjaan menetap terbatas pada oasis. Irigasi hanya memungkinkan penanaman kurma, delima, dan pohon buah-buahan lain secara terbatas. Budi daya dilakukan di kebun kecil yang dikelola dengan banyak tenaga kerja tangan. Irigasi memanfaatkan aliran sungai sementara di daerah pegunungan, kolam permanen, foggaras, mata air, dan sumur.
Beberapa air tanah dangkal bersifat artesis, tetapi sering kali diperlukan alat pengangkat air. Metode kuno seperti shadoof dan noria yang digerakkan oleh hewan digantikan oleh pompa bermotor di oasis yang lebih mudah diakses.
Ketersediaan air sangat membatasi perluasan oasis dan di beberapa wilayah penggunaan air yang berlebihan menyebabkan penurunan permukaan air secara serius. Salinisasi tanah akibat penguapan yang sangat besar dan penguburan dengan pasir yang merambah merupakan bahaya lebih lanjut.
Baca juga: Sekilas Penjelajahan Ibnu Batutah
Selama abad dominasi kolonial atas Sahara, yang berlangsung dari pertengahan abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, hanya terdapat sedikit perubahan mendasar, kecuali pengamanan militer, kekuatan kolonial tidak begitu tertarik pada pembangunan ekonomi di wilayah yang tampaknya tidak menjanjikan. Namun, setelah Perang Dunia II, penemuan minyak khususnya menarik minat dan investasi internasional.
Dalam beberapa tahun penemuan besar telah dilakukan, khususnya di bidang sumber daya mineral. Mineral logam punya kepentingan ekonomi yang cukup besar. Aljazair memiliki beberapa simpanan besar bijih besi dan cadangan di Gunung Ijill, Mauritania bagian barat, sangat besar atau simpanan yang kurang luas telah ditemukan di Mesir, Tunisia, Maroko, Sahara Barat, dan Niger.
Dekat Akjoujt, di barat daya Mauritania, terdapat sejumlah besar bijih tembaga. Deposit mangan yang luas terjadi di selatan Bechar, Aljazair. Uranium tersebar luas di Sahara dan sangat penting di Niger.
Baca juga: Benua Asia Letak, Luas, dan Negara-Negara di Dalamnya
Sejumlah besar mineral penting secara ekonomi lain ditemukan di wilayah Ahaggar, Air, Tibesti, dan Eglab. Deposit fosfat yang kaya terdapat di Maroko dan Sahara Barat serta deposit lebih kecil ditemukan di tempat lain.
Sumber daya bahan bakar meliputi batu bara, minyak, dan gas alam. Sumber batu bara termasuk lapisan antrasit di Maroko dan ladang bitumen dekat Béchar. Menyusul penemuan minyak di dekat In-Salah, Aljazair, setelah Perang Dunia II, cadangan besar telah ditemukan di Gurun Barat Mesir, Libia timur laut, dan Aljazair timur laut.
Cadangan kecil terdapat di Tunisia dan Maroko, serta di Chad, Niger, dan Sudan di selatan. Deposit serpih minyak juga telah ditemukan di Sahara. Ladang gas alam utama dieksploitasi di Aljazair dan Mesir serta ladang gas kecil terdapat di Libia dan Tunisia.
Sebagai hasil dari eksplorasi geologi dan minyak, cadangan air bawah tanah dalam jumlah besar juga ditemukan di sejumlah cekungan sedimen, terutama dalam formasi batupasir. Beberapa air yang dapat diperoleh kembali juga terdapat dalam formasi pasir permukaan. Namun, perkembangan ekonomi di gurun pasir memberikan kesulitan yang sangat besar dan tidak mengubah Sahara tradisional.
Ekstraksi minyak dan bijih telah membawa teknologi modern dan komunikasi yang lebih baik ke lokasi-lokasi yang tersebar. Namun kegiatan-kegiatan tersebut memberikan peluang terbatas bagi lapangan kerja lokal. Meskipun pendapatan dari minyak menawarkan sarana untuk pengembangan gurun, keuntungan yang lebih cepat dan menarik dari wilayah pesisir yang berpenduduk cenderung menjadi prioritas.
Air bawah tanah menawarkan kemungkinan pengembangan besar baik di bidang pertanian maupun industry. Namun eksploitasi dalam skala besar akan memakan biaya yang besar. Eksploitasi besar-besaran juga akan mengakibatkan penipisan yang progresif dan perubahan hidrologis dapat meningkatkan ancaman wabah belalang, karena belalang berkumpul dalam kelompok ketika persediaan makanan terbatas, berkembang biak, dan kemudian menempati wilayah yang lebih luas ketika kondisi membaik.
Masyarakat gurun hanya mendapat sedikit manfaat dari eksploitasi mineral bahkan mungkin justru sebaliknya. Menurunnya penggembalaan nomaden, yang dimulai dengan pengamanan, telah dipercepat dengan perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan pemukiman resmi. Degradasi lingkungan yang meluas semakin mendorong perpindahan kaum nomaden ke oasis dan kota. Ini mengakibatkan kepadatan penduduk dan kemiskinan.
Upah yang tinggi di ladang minyak menarik tenaga kerja, tetapi mengganggu kehidupan tradisional serta lapangan pekerjaan relatif sedikit dan tidak permanen. Dari produk-produk tradisional gurun hanya kurma yang memiliki kepentingan komersial yang besar. Pekerjaan di bidang industri untuk mengurangi pengangguran yang semakin meningkat masih belum menghasilkan banyak kemajuan.
Pada awal abad ke-21, proyek-proyek energi terbarukan, khususnya yang berfokus pada tenaga angin dan surya, terus dikembangkan dan berpotensi menyediakan energi yang cukup untuk memungkinkan negara-negara di kawasan ini memproduksi dan memproses barang-barang secara lokal, sehingga akan menjadi keuntungan bagi perekonomian mereka. Namun, proyek energi terbarukan terhambat oleh faktor-faktor seperti iklim gurun yang keras, kurangnya air untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan, biaya keseluruhan yang terlalu tinggi untuk melakukan hal tersebut dan masalah keamanan.
Pariwisata telah berkembang pesat sejak pertengahan abad ke-20. Meskipun demikian, kesulitan transportasi dan penyediaan akomodasi telah membatasi pariwisata di pinggiran Sahara.
Secara tradisional, perjalanan di Sahara dilakukan dengan karavan unta dan lambat, sulit, serta berbahaya. Selain bahaya tersesat, panas berlebih, badai pasir yang menyesakkan, dan kematian karena kelaparan ditambah lagi dengan serangan perampok. Meskipun demikian, perdagangan trans-Sahara sepanjang rute karavan yang menghubungkan oasis telah bertahan sejak awal.
Sebagian besar rute utama berada di sebelah barat Pegunungan Tibesti dan cenderung bergeser seiring berjalannya waktu, meskipun rute paling timur digunakan terus menerus melalui berabad-abad. Di sebelah timur Pegunungan Tibesti terdapat sedikit oasis, tetapi darb al-arbain di sebelah barat Sungai Nil, dulunya merupakan jalur budak.
Emas, gading, Budak, dan garam merupakan barang perdagangan utama pada masa-masa sebelumnya. Namun saat ini karavan unta hampir berhenti, kecuali sisa perdagangan garam dari Gunung Ijill, Bilma, dan Taoudenni, Mali.
Jalur utama tetap digunakan oleh truk bermotor yang dilengkapi peralatan khusus dan sering kali melakukan konvoi. Jalan raya modern telah diperluas lebih jauh di sepanjang jalur perdagangan kuno menuju gurun.
Di luar jalur utama, jaringan jalur yang dikenali dapat dilalui kendaraan bermotor dengan hati-hati. Namun di gurun terbuka, kendaraan roda empat sangatlah penting dengan setidaknya dua kendaraan, cadangan yang cukup, dan persediaan darurat berupa bahan bakar, makanan, dan air dalam jumlah besar, terutama di musim panas, ketika peraturan khusus berlaku bagi semua pelancong.
Di wilayah yang luas, peta tidak memadai dan metode navigasi mungkin diperlukan. Untuk melengkapi perjalanan darat, banyak layanan udara internasional melintasi Sahara dengan penerbangan terjadwal, sementara layanan lokal menghubungkan pusat-pusat utama yang dihuni satu sama lain. Pembangunan perkeretaapian masih terbatas.
Catatan klasik menggambarkan Sahara seperti sekarang. Orang Mesir hanya menguasai oasis di dekatnya dan kadang-kadang menguasai wilayah di selatan. Sementara orang Kartago rupanya melanjutkan hubungan komersial dengan interior yang telah terjalin selama Zaman Perunggu.
Herodotus menggambarkan penyeberangan gurun oleh ekspedisi Berber pada abad ke-5 SM dan ketertarikan Romawi terhadap Sahara didokumentasikan dalam serangkaian ekspedisi antara tahun 19 SM dan 86 M. Deskripsi Sahara dalam karya Strabo, Pliny the Elder, dan Ptolemy mencerminkan meningkatnya minat terhadap gurun.
Eksplorasi geografis, yang disponsori oleh Abbasids, Faimids, Mamluk, dan istana lain di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol Moor, tersebar luas selama periode abad pertengahan. Deskripsi Sahara terdapat dalam karya banyak penulis Arab, termasuk al-Yaqubi, ash-Sharif al-Idrisi, dan Ibn Battutah.
Wisatawan abad pertengahan dengan motif keagamaan dan komersial berkontribusi lebih jauh pada pemahaman tentang Sahara dan masyarakatnya. Atlas Catalan karya Abraham Cresque, yang diterbitkan untuk Charles V dari Prancis sekitar 1375, memperbarui minat orang Eropa terhadap gurun. Atlas tersebut berisi informasi berdasarkan pengetahuan para pedagang Yahudi yang aktif di Sahara.
Penerbitannya diikuti oleh periode aktivitas intens Portugis, Venesia, Genoa, dan Florentine di sana. Yang paling terdokumentasi dengan baik ialah perjalanan penjelajah abad ke-15 seperti Alvise Cada Mosto, Diogo Gomes, dan Pedro de Sintra.
Meningkatnya minat terhadap Sahara di Eropa utara tercermin dalam perjalanan dan tulisan ahli geografi Belanda abad ke-17 Olfert Dapper. Penjelajahan Sahara oleh bangsa Eropa berikutnya sebagian besar karena ketertarikan pada jalur air utama di pedalaman Afrika dimulai dengan sungguh-sungguh pada abad ke-19.
Upaya menentukan arah Sungai Niger membawa penjelajah Inggris Joseph Ritchie dan George Francis Lyon ke daerah Fezzan pada 1819. Pada 1822, penjelajah Inggris Dixon Denham, Hugh Clapperton, dan Walter Oudney berhasil melintasi gurun dan menemukan Danau Chad.
Penjelajah Skotlandia Alexander Gordon Laing menyeberangi Sahara dan mencapai kota Timbuktu yang terkenal pada 1826, tetapi dia terbunuh di sana sebelum dia dapat kembali. Penjelajah Prancis Rene Caillie, yang menyamar sebagai orang Arab, kembali dari kunjungannya ke Timbuktu dengan melintasi Sahara dari selatan ke utara pada 1828.
Ekspedisi penting lain dilakukan oleh ahli geografi Jerman Heinrich Barth sepanjang 1849–1855, penjelajah Perancis Henri Duveyrier (1859–1862), dan penjelajah Jerman Gustav Nachtigal (1869–1875), dan Gerhard Rohlfs (1862–1878). Setelah pendudukan militer di Sahara oleh berbagai kekuatan kolonial Eropa, eksplorasi yang lebih rinci dilakukan. Pada akhir abad ke-19 ciri-ciri utama gurun telah diketahui.
Kegiatan politik, komersial, dan ilmiah yang dimulai pada abad ke-20 meningkatkan pengetahuan tentang Sahara secara signifikan, meskipun wilayah gurun yang luas masih terpencil. (Fer/Z-2)
TEMPO.CO, Jakarta - Gurun Sahara salah satu padang pasir terbesar di dunia. Mengutip Britannica, luas Gurun Sahara dari timur ke barat sekitar 4.800 kilometer dan 172.000 kilometer membentang dari utara ke selatan. Gurun Sahara berbatasan dengan Samudra Atlantik di bagian barat, Laut Merah di timur, Pegunungan Atlas dan Laut Mediterania di bagian utara, dan wilayah vegetasi, Sahel di sisi selatan.
Hewan dan Tumbuhan yang Ada di Gurun Sahara
Unta adalah salah satu hewan paling terkenal di Sahara. Hewan ini pertama kali muncul sekitar 45 juta tahun yang lalu, dan baru dijinakan sekitar 3000 tahun yang lalu sebagai kendaraan.
Unta beradaptasi dengan baik di lingkungan Sahara yang panas dan gersang. Punuk di punggungnya menyimpan lemak yang berfungsi sebagai cadangan energi dan air. Akibatnya, unta dapat bertahan selama lebih dari seminggu tanpa air dan beberapa bulan tanpa makanan.
Selain unta, mamalia penghuni gurun Sahara lainnya adalah rusa, addax, cheetah, karakal, rubah gurun, dan anjing liar. Sahara juga memiliki banyak reptil, termasuk beberapa spesies ular, kadal, dan bahkan buaya.
Sementara itu, untuk spesies tanaman yang bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang panas dan kering juga ada di Sahara. Umumnya, tanaman itu memiliki duri dan akar yang sangat panjang. Struktur ini membantu tanaman bertahan di lingkungan yang tandus dan minim air.
Bagian gurun yang paling kering di Sahara tidak memiliki tanaman satu pun. Tanaman hanya ditemukan pada daerah oasis, seperti Lembah Nil. Beberapa tanaman yang tumbuh di oasis diantaranya adalah pohon zaitun, pohon kurma, dan berbagai semak maupun rumput.
Apakah Ada Kehidupan di Gurun Sahara?
Meskipun kondisi Sahara yang keras dan gersang, banyak spesies tanaman dan hewan yang tinggal di sana.
World Wildlife Fund mencatat, ada sekitar 500 spesies tumbuhan, 70 spesies mamalia, 90 spesies burung, 100 spesies reptil dan banyak spesies laba-laba, kalajengking, dan arthropoda kecil lainnya hidup di Sahara.
Unta adalah salah satu hewan paling ikonik di Sahara, meskipun nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara.
Unta, juga dikenal sebagai "kapal gurun", beradaptasi dengan baik dengan lingkungan Sahara yang panas dan gersang, menurut Kebun Binatang San Diego. Punuk di punggung unta menyimpan lemak, yang dapat digunakan untuk energi dan hidrasi di antara waktu makan.
Unta menyimpan energi dengan sangat efisien sehingga mereka bisa bertahan lebih dari seminggu tanpa air dan beberapa bulan tanpa makanan.
Fakta Menarik seputar Gurun Sahara
Foto: Gurun Sahara (Osiristours.com)
Meski iklimnya kering dan tidak ramah, tapi cukup banyak kehidupan yang ada di Sahara.
Termasuk beberapa jenis mamalia dan tumbuhan.
Selain itu, Sahara juga kerap dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata, lho!
Berikut ini fakta menarik dari gurun yang namanya diambil dari kata benda dalam Bahasa Arab, aḥrā serta kata sifat, ashar.
Membentang hampir seluruh wilayah Afrika Barat
Gurun Sahara membentang hampir ke seluruh wilayah Afrika Barat dan mencakup sejumlah besar negara. Gurun ini membentang di sepanjang sebelas negara, yaitu Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Sahara Barat, Sudan, dan Tunisia. Gurun Sahara memiliki cakupan geografis yang sangat luas, memainkan peran integral dalam membentuk iklim dan ekosistem di wilayah tersebut. Pasir gurun yang luas, dataran tinggi berbatu, bukit pasir, dan pegunungan adalah beberapa dari beragam karakteristik topografi yang dapat ditemui di Gurun Sahara, menciptakan lanskap yang kaya dan kompleks.
Gurun ini tidak hanya memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan setempat, tetapi juga memegang peranan penting dalam sejarah dan budaya Afrika. Gurun Sahara menjadi saksi perjalanan berabad-abad manusia, serta memberikan warna unik dalam kehidupan sehari-hari dan tradisi masyarakat di sekitarnya. Keberagaman geografi dan sejarahnya menjadikan Gurun Sahara sebagai wilayah yang sangat menarik dan berarti dalam konteks Afrika dan dunia secara lebih luas.